Special cerpen buat lu, yg pernah gw ceritain (itu pun kalo lu inget si). WARNING! Ini fiksi yg terinspirasi dari lu sama gw, jadi jangan harap isinya bakal persis kek kenyataan. BTW, santai ajh bacanya yg penting baca sampe selesai. Awas ajh kalo ga baca sampe selesai, gw do'ain pantat lu kelap-kelip. MAMPUS!
Sweet Pea
Karya: Strigiformes
“Pesanan atas nama Draco.” Seruan itu
membuatku segera bangun dari kursi tunggu.
Aku pun berjalan menghampiri meja kasir.
Dari balik meja, seorang karyawati menyerahkan kantong kertas berisi buket
bunga yang kupesan.
Perlahan, aku mengendarai sepeda motorku
menjauhi area toko. Angin sepoi-sepoi yang berembus sejuk malam ini, menemani perjalananku
sambil kuceritakan padamu semua tentang aku dan pemilik bunga cantik ini.
Kala itu, aku sedang duduk di kursi halte
dengan pikiran yang kacau. Hingga sepatah kata sapaan berhasil menghentikan berisik
yang menggema di kepalaku. Terlihat seorang perempuan dengan senyum ramahnya duduk
di sampingku.
Aku tidak terlalu suka dengan kehadirannya.
Bagiku, dia hanya membuat suasana menunggu bus saat itu menjadi berat. Tetapi,
setelah beberapa kali dia mencoba berbicara padaku, sepertinya tidak masalah
kalau aku menerima hadirnya.
Entah apa yang dia lakukan pada
pikiranku waktu itu. Saat sadar, aku sudah memberitahu nama dan nomorku padanya.
Kemudian dia terlihat fokus pada layar gawai yang menampilkan halaman utama
sebuah aplikasi obrolan.
Lalu terjadilah sebuah momen konyol. Saat
bus yang kutunggu datang, aku segera
beranjak memasuki bus hingga belum menanyakan namanya. Jujur saja, kejadian itu
membuatku tertawa geli setiap mengingatnya.
Tidak lama kemudian gawaiku bergetar,
tanda pesan masuk. Dari nomor tidak dikenal, yang sudah bisa kutebak siapa
pemiliknya.
“Hai, aku Angel. Kita baru saja bertemu
di halte.” Begitu isinya.
Aku menatap pesannya cukup lama, karena
bingung harus menjawab seperti apa. Tetapi
karena di halte kami sempat mengobrol tentang hobi bermain game, akhirnya aku
membicarakan hal itu dan kami saling bertukar ID game.
Setelah mengenalnya selama beberapa
bulan dan kerap kali bertemu di halte yang sama, aku mulai merasa nyaman
dengannya. Sebenarnya saat itu aku ingin menunggu sampai hatiku benar-benar
siap, tapi Angel tidak bisa kuperlakukan seperti itu.
Akhirnya pada tanggal cantik, 20
Februari, aku
menyatakan perasaanku dan disambut baik olehnya. Kami pun menjalani hari
layaknya pasangan. Bermain game, bertengkar, dan salah paham adalah hal yang
biasa.
Sampai dimana ada hari aku meminta jeda
untuk hubungan kami, karena merasa tidak cukup baik untuknya. Meski begitu, kami masih sesekali bertukar kabar
dan saling membalas cerita di sosial media.
Hingga akhirnya Aku dan Angel memilih
jalan yang berbeda. Aku merantau melanjutkan studi, sedangkan Angel memilih
untuk tetap bekerja.
Lampu lalu lintas berwarna merah
membuatku menarik rem hingga berhasil menghentikan laju motorku. Sembari
menunggu, aku berpikir untuk memutar musik. Salah satu lagu favoritku “Serana”
dari For Revenge akan cocok dengan suasana malam ini.
Tepat setelah lagu “Serana” kuputar,
lampu lalu lintas berubah hijau. Sepertinya lagu ini juga cocok dengan lanjutan
dari cerita kenanganku.
Ketika aku sedang sibuk dengan tugas
kuliah ada hal yang kusadari, aku tidak lagi melihat unggahan cerita atau
melihat Angel aktif dalam game. Aku sempat
bingung dan menduga bahwa Angel sudah melupakanku.
Hingga tanpa sadar aku terlalu
memaksakan diri hanya untuk mengalihkan pikiran burukku. Bahkan aku kewalahan
untuk menangani beberapa hal yang tidak terduga. Sampai aku merasa mentalku mulai
tidak baik-baik saja.
Kemudian atas saran temanku, akhirnya
aku konsultasi ke psikolog. Setelah beberapa kali konseling, keadaan mentalku
perlahan membaik meski belum bisa dikatakan stabil.
Dengan keadaan mental seperti itu, aku justru
mencoba sebuah aplikasi kencan sampai berkenalan dengan perempuan bernama Fika.
Hingga tidak lama kemudian kami mulai berpacaran.
Kuakui, itu merupakan hal paling bodoh
yang kulakukan saat itu.
Semakin sering berinteraksi dengan Fika
aku menyadari, bahwa suara dan kepribadiannya hampir mirip dengan Angel, sosok
yang sangat aku rindukan.
Akan tetapi baru beberapa hari
berpacaran Fika meninggalkanku. Aku menduga karena aku tidak langsung memberikan
sejumlah uang saat dia memintanya.
Karena hal itu aku merasa semakin
merindukan Angel, tapi kami sudah lama tidak berkontak dan aku ragu untuk
menghubunginya. Selain itu, aku takut jika
sudah dilupakan.
Selama
lebih dari satu tahun kami tidak bertukar kabar, aku coba menghubunginya. Namun
aku selalu ragu, aku takut dibenci bahkan sudah dilupakan olehnya.
Tetapi malam
itu berbeda. Aku mendapat keberanian dan sedikit didesak oleh temanku untuk
menghubunginya lagi.
“Hubungi
dia Draco, daripada menyesal.” Begitu katanya.
Kutatap
layar gawaiku yang menampilkan nama “Yang
mulia Angel”, panggilan khusus
dariku untuknya.
Aku
tahu, kamu pasti berpikir itu merupakan nama panggilan yang menggelikan, karena
aku juga merasa begitu.
Kata sapaan mulai kuketik lalu kukirim
sebagai pembuka obrolan kami malam itu. Aku menunggu balasan dengan perasaan
yang tidak tenang. Di luar dugaan, Angel menjawab pesanku dengan hangat dan
santai. Sejujurnya aku berharap masih ada aku dihatinya, tapi sayang sekali Angel
sudah memiliki pacar.
Akhirnya malam itu Angel mengajakku
untuk bermain game lagi setelah sekian lama.
Hingga beberapa hari kemudian, pukul setengah
satu dini hari, Angel mengabariku bahwa dia dan pacarnya telah putus. Pacarnya
ketahuan selingkuh. Aku cukup kaget mendengarnya, kenapa dia harus memberitahu
hal itu padaku?
Tapi sebagai orang yang masih berharap aku
seperti diberi kesempatan. Lalu malamnya tanpa pikir panjang aku mengungkapkan
perasaan. Sejujurnya aku tidak berharap lebih, mengingat Angel baru putus
kemarin. Tetapi diluar dugaanku Angel mau untuk balikan.
“Meskipun aku sempat ragu, karena
orangnya kamu, aku akan coba menjalin hubungan lagi.” Kata Angel.
Awalnya berjalan normal, kami saling
menghargai waktu dan kesibukan masing-masing. Hanya saja terkadang aku merasa
Angel tidak terlalu peduli padaku. Angel
lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman-temannya, meskipun tentu saja aku
tidak akan melarang hal itu. Angel juga terkadang mengalihkan pembicaraan.
“Sudahlah, kita bahas nanti.” Selalu menjadi kalimatnya ketika pembahasan kami dirasa
cukup berat.
Hingga suatu malam aku memberanikan diri
untuk bercerita tentang traumaku. Jika dipikir lagi, waktu itu aku sedikit
memaksa tapi kurasa Angel harus mengetahuinya.
Aku sudah memperingatkannya, kalau aku
hanya ingin bercerita, aku hanya ingin Angel tahu lebih banyak tentang diriku.
Tetapi diluar ekspektasi, Angel justru membandingkan kehidupannya dengan sebab
traumaku. Pada akhirnya Angel kesal karena merasa nasehatnya tidak didengar dan
aku merasa tidak dipahami.
Aku sudah berusaha untuk membujuknya, tapi
Angel yang masih marah lebih memilih pergi dan tidak menghubungiku sama sekali.
Aku masih teringat perkataannya, “Sudah
tidak ada yang harus dibicarakan lagi.”
Sampai hari aku bercerita padamu, aku
selalu berpikir untuk menghubungi Angel. Apa yang harus aku katakan? Maaf? Atau
kalimat sapaan seperti selamat pagi atau malam? Atau aku harus bertindak seolah
tidak terjadi apapun?
Akhirnya kuputuskan untuk memberinya
sesuatu sebagai tanda bahwa aku sudah selesai dengan “kita,” tanda itu adalah
bunga sweet pea yang telah kuberikan
padanya malam ini.
Terima kasih karena kamu sudah menemani perjalananku
dan mendengarkan ceritaku. Sekarang aku sudah menyelesaikan perasaan ini.
Bionarasi
Hai, aku Strigiformes, aku lahir dan besar Di Cirebon. Namaku adalah bahasa latin dari burung hantu. Jika pada malam hari burung hantu mencari mangsa, maka aku mencari ide cerita.
Mari menjadi lebih dekat dengan kunjungi dan ikuti @_strigiformes.idn_ di
instagram. Sedikit info, tokoh Angel itu terinspirasi dari kehidupan nyataku!
Komentar
Posting Komentar