Postingan

Cerpen versi yang sudah direvisi

Sweet Pea Karya: Strigiformes “Pesanan atas nama Draco.” Seruan itu membuatku segera bangun dari kursi tunggu. Aku pun berjalan menghampiri meja kasir. Dari balik meja, seorang karyawati menyerahkan kantong kertas berisi buket bunga yang kupesan. Perlahan, aku mengendarai sepeda motorku menjauhi area toko. Angin sepoi-sepoi yang berembus sejuk malam ini, menemani perjalananku sambil kuceritakan padamu semua tentang aku dan pemilik bunga cantik ini. Kala itu, aku sedang duduk di kursi halte dengan pikiran yang kacau. Hingga sepatah kata sapaan berhasil menghentikan suara berisik yang menggema di kepalaku. Mataku menangkap kehadiran seorang perempuan dengan senyum ramah yang duduk di sampingku. Aku tidak terlalu suka dengan kehadirannya. Bagiku, dia hanya membuat suasana menunggu bus saat itu menjadi berat. Tetapi, setelah beberapa kali dia membicarakan tentang game, yang merupakan hobiku, aku mulai menerima hadirnya. Entah apa yang dia lakukan pada pikiranku waktu itu. Beg...

Special cerpen buat lu, yg pernah gw ceritain (itu pun kalo lu inget si). WARNING! Ini fiksi yg terinspirasi dari lu sama gw, jadi jangan harap isinya bakal persis kek kenyataan. BTW, santai ajh bacanya yg penting baca sampe selesai. Awas ajh kalo ga baca sampe selesai, gw do'ain pantat lu kelap-kelip. MAMPUS!

  Sweet Pea Karya: Strigiformes “Pesanan atas nama Draco.” Seruan itu membuatku segera bangun dari kursi tunggu. Aku pun berjalan menghampiri meja kasir. Dari balik meja, seorang karyawati menyerahkan kantong kertas berisi buket bunga yang kupesan. Perlahan, aku mengendarai sepeda motorku menjauhi area toko. Angin sepoi-sepoi yang berembus sejuk malam ini, menemani perjalananku sambil kuceritakan padamu semua tentang aku dan pemilik bunga cantik ini. Kala itu, aku sedang duduk di kursi halte dengan pikiran yang kacau. Hingga sepatah kata sapaan berhasil menghentikan berisik yang menggema di kepalaku. Terlihat seorang perempuan dengan senyum ramahnya duduk di sampingku. Aku tidak terlalu suka dengan kehadirannya. Bagiku, dia hanya membuat suasana menunggu bus saat itu menjadi berat. Tetapi, setelah beberapa kali dia mencoba berbicara padaku, sepertinya tidak masalah kalau aku menerima hadirnya. Entah apa yang dia lakukan pada pikiranku waktu itu. Saat sadar, aku sudah ...